Rabu, 27 April 2011

Ayo ke Museum Nasional (Gajah) … Part 2

Miniatur kapal layar Phinisi
Masih di jelajah Museum Nasional (26/2/2011). Di lantai 2 kami fast watching ke koleksi geografi yang isinya didominasi benda-benda jaman kolonialisme Belanda dulu dan peralatan berlayar jaman jadul. Kalo gak salah lihat, ada peta kuno Asia tenggara yang berbeda dengan peta modern. Pulau-pulau Indonesia keliatan gendut, apalagi Kalimantan dan posisi koordinatnya juga kurang tepat. Padahal peta ini mungkin dulunya juga dipakai sebagai acuan navigasi untuk berlayar. Katanya sih, kartogafer jaman dulu sampai menyisir garis pantai untuk membuat sketsa, bereksplorasi untuk mengukur jarak, arah, dan membuat skala. Hebat juga, jangankan GPS, yang bikin satelit aja mungkin belum lahir. Step to next floor, kami masuk zone favorit: koleksi purbakala.


Nostalgia Kuliah Evolusi...

Papanda di depan gambar nenek moyang
Ruang koleksi purbakala yang masuk di area bangunan baru ini udah ditata fresh & modern. Membaca narasi tentang “Hawa Mitokondria” dari Afrika, yang diduga adalah nenek moyang manusia modern yang hidup 200.000 tahun lalu, membuat saya bernostalgia. Tiba-tiba saya teringat kuliah Evolusi-nya Pak Ferry Karwur, Ph.D dulu, dari perdebatan soal teori Darwin sampai laporan praktikum-praktikum Biologi Sel & Molekuler yang bikin melek sampai pagi. I miss that moment so much


Panda Purba Pembuat Api
Sementara itu Papanda malah lagi cengengesan liatin patung teman-temannya, pake adegan pura-pura bikin api pula, dasar 4P = Panda Purba Pembuat aPi. Maksa banget, hihihi. Sayang banget, museum segede kok gak ada fosil dinosaurusnya, siapa tahu para dinolovers jadi tertarik ke museum untuk melihat kegagahan fosil T-rex. Adanya fosil taring kuda nil purba dan fosil rahang bawah gajah purba, itupun hanya secuil fosil tanpa gambar pula.

Fosil lain yang lebih menonjol yaitu tulang paha dan tengkorak Pithecanthropus erectus alias manusia jawa temuan E. Dubois. dan kerangka manusia purba di dalam makam. Saya jadi nyesel karena dulu pas kuliah gak sempet ikut praktikum lapang ke Sangiran.

Pithecanthropus erectus alias Manusia Jawa

Selepas dari koleksi purbakala, kami sempat masuk ruang koleksi keramik, lagi-lagi fast watching karena ada agenda ke monas juga. Koleksi keramik kebanyakan dari jaman dinasti-dinasti Cina. Kami juga gak sempat masuk ke koleksi numismatik yang mendisplay benda-benda berbau uang, koin dll.  Kurang dari 3 jam kami di Museum Nasional dan belum benar-bener mengeksplorasi semuanya, maybe it will need a whole day. Di museum ini ada elevator & lift, jadi yang mau kemari gak perlu khawatir capek naik-turun tangga. Monas we’re coming…!     

Morale of the story:
People said: “kita bisa menilai sejauh mana sebuah bangsa menghargai sejarah negerinya, dari cara mereka menata museumnya”. But I said:”Kita bisa menilai karakter generasi muda sebuah bangsa dari statistik jumlah pengunjung ke museum. 

Psst... dari angka yang hanya segelintir itu pun, sebagian adalah *hasil paksaan sekolah aka study tour* -yang-walaupun-sudah-diberi-tugas-tetep-aja-sibuk-jeprat-jepret-sambil-narsis. Hehehe…


Museum Nasional Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Barat 12, Jakarta Pusat  10110
Tel. (021) 3868172, Fax. (021) 3447778,
HTM:
Dewasa Rp. 5.000,-, Pelajar & Anak-anak Rp. 2.000,-
Jam Operasional
Selasa-Jumat: 08.00-16.00
Sabtu-Minggu: 08.00-17.00
Senin & Hari libur nasional TUTUP


1 komentar:

  1. Untuk dapat menikmati (penuh) museum gajah tersebut, ada baiknya anda datang pagi-pagi. Anda tidak akan menyesal dan merasa bosan. Pikiran museum yang tidak terawat, berantakan, panas akan sirna karena museum ini begitu terawat dan nyaman.
    Selain itu museum gajah merangkum semua museum yang ada di Jakarta.
    Selamat menikmati sejarah bangsa dan kehidupan ini
    - Salam Duo Panda -

    BalasHapus

tinggalkan jejak..