Kamis, 22 September 2011

Our Singapore Budget (4D/3N)

foto diambil dari: whdhwhb.blogspot.com


Artikel ini diposting sama sekali tidak untuk bertujuan pamer ya, kami hanya ingin berbagi pengalaman sebagaimana kami juga sangat terbantu oleh berbagai postingan dari rekan-rekan blogger lainnya. Since Singapore was the most expensive country in South East Asia, mengatur budget traveling jadi harus lebih tricky. Here is our report for 4 days/ 3 Night in July 2011 for 2 person:  

Plane ticket
Total US$ 112.2. Tiket promo fare Tiger Airways seharga S$3/sekali jalan ini adalah hadiah natal dari Panda. Plus berbagai tax dan surcharge harga per orang menjadi US$56/PP (≈ Rp. 500.000).

Airport Tax Soekarno-Hatta
Total Rp. 300.000,-. Beruntung sejak januari 2011, warga negara RI sudah bebas dari kewajiban fiskal senilai Rp. 2.5 juta/orang, cukup bayar International airport tax senilai Rp. 150.000/orang.

Lodging
Total S$104 di Urban Hostel selama 4D/3N. Biaya yang dikeluarkan untuk female dorm $15/N dan twin private $22/N. Sialnya masih harus membayar deposit $50/orang yang dikembalikan saat check out. Kami akhirnya jadi early check out untuk mendapatkan deposit kembali, dan berakhir dengan ‘menggelandang’ semalaman di Changi Airport. Biaya akomodasi di Singapore relatif mahal terutama di peak season (Juni-Oktober). Hostel lain yang lebih nyaman bertarif $25-32/person untuk dormitory roomnya, termasuk simple breakfast (bread, jam & tea).   

Public Transport
Total S$89. Pengeluaran ini untuk beli multiple Ez Link Card ($12) ditambah $20 top-up senilai total $32/person dan shared taxi sebesar $25. Usefull Ez Link card ini dipakai untuk naik MRT, LRT dan Public Bus, tarif antar $0.71 - <$2 tergantung jarak. Kami sedikit over budget karena ‘insiden’ di hostel yang menyebabkan kami terpaksa bolak-balik ke Changi Airport dan Pasir Ris by Taxi. Wasting money, and totally wasting time.   

Eat
Total pengeluaran makan, snack dan minum S$87.7 atau rata-rata perhari S$14.5/pax. Kami biasa makan di hawker centre, food court dan sesekali di fast food restaurant. Harga makanan di tempat-tempat diatas sekitar $2-$10 per porsinya, tapi rata-rata $4 di hawker centre. Air mineral botol 600 ml seharga $1.3-$2, tergantung tempat belinya (lebih mahal dari semangkuk nasi di Chinatown). Pengeluaran ini ditambah Rp. 48.000,- untuk sarapan bubur ayam di Bandara Soetta.     

Activities
Total pengeluaran S$202 termasuk tiket Universal Studio Singapore ($66/weekdays), Singapore Zoo ($20 + $5 tram) dan Song of the Sea ($10). Beberapa attraksi di Singapore free, terutama wisata heritage dan cultural. The best part, we watch the awesome robotic performance: Crane Dance for free at Resort World Sentosa.       

Transport SOETTA Airport
Total biaya Rp. 179.000. Bisa sehemat ini karena kami menggunakan kombinasi moda transportasi: taxi, bus DAMRI bandara, dan KRL Commuter Line. Sedikit ribet but worthed enough. Kalau kami nekat pakai taxi Depok-Airport Soekarno-Hatta (PP) bisa kebobolan sampai Rp. 500.000,-.

Souvenirs
Total damage S$224. Sebelumnya kami sepakat untuk tidak banyak belanja karena budget dan berat bawaan ke kabin terbatas. Tapi karena ada donatur tambahan, yah akhirnya belanja juga: 11 t-shirt (Hangten & Giordano), satu plastik bermacam candies yang dibeli di berbagai tempat, buku dongeng untuk keponakan, Sentosa Souvenir untuk teman kantor Panda, dan cheap Merlion miniature untuk koleksi kami. Kalau mau lebih hemat hunting berbagai souvenir 3 for $10 di area Chinatown atau Bugis. Amazingly, berat ransel kami masing-masing tidak melebihi 7 kg, tapi tetap saja ya sedikit ribet.    

Misc.    
Total S$11. Pengeluaran yang tidak seberapa tapi fungsional. Disposable rain coat /poncho seharga $2 agar kami (terutama Paspor, HP dkk) tidak basah kuyup ketika kehujanan di USS. Dan dengan dua buah koin $1, saya bisa menelepon beberapa menit ke Depok dan Salatiga, praktis dan hemat.


Total pengeluaran trip kami ke Singapore selama 4H/3N, bila dirupiahkan ≈ 6,5 juta rupiah/2 person all-in, sudah termasuk tiket pesawat, tiket masuk atraksi dan belanjaan kami. Semoga membantu rekan-rekan yang sedang merencanakan perjalanan hemat ke Singapore. Happy Traveling. 

Sale T-shirt @Orchard Road, Sg


Dalam rangka melengkapi short trip kami ke Singapore (July, 2011), pada malam terakhir kami menyempatkan diri ke Orchard Road. Shoping paradise ini dikepung gedung perbelanjaan dengan deretan stall dari kelas obralan sampai branded item dari Burberry, Chanel, Dolce and Gabbana dll.


Personally, kawasan ini bukan destinasi favorit kami. Selain tidak menambah wawasan, juga bikin kantong kempes. And we have another fight here, which I don’t want to share. We’ll keep it as a small part of our journey.  

Selepas keluar dari Orchard MRT station yang tergabung dengan Ion Orchard, kami sempat nongkong di depan mall megah ini. Banyak wisatawan mengabadikan diri di depan mall ini, kebanyakan dari Indonesia juga. Tahunya? Sebagai sesama Indonesian, mudah sekali mengenali ‘pelancong’ sebangsa, entah dari kostumnya, dialeknya, bahkan dari cara berpose di depan kamera saja ketahuan kok. Tu, wa, ga, piss.

Sale Everywhere
Singapore selalu menggelar acara tahunan Great Singapore Sale tiap bulan Juli. Seolah kemanapun kaki melangkah selalu ada lembaran merah bertuliskan SALE melambai-lambai. Sebelumnya kami sepakat untuk tidak beli oleh-oleh berupa t-shirt (karena berat, need more space, sedangkan kami gak pesan bagasi), tapi akhirnya kami takluk juga dan pulang dengan 11 t-shirt (termasuk Wangki/Polo tees).

Lucunya kami justru tidak beli sehelai kaospun untuk diri sendiri. Buat kita berdua, perjalanan ini sendiri more than enough dan tidak ada souvenir yang lebih bagus daripada pengalaman itu sendiri. Either the great and the sucks experiance.

Dua brand T-shirt yang sering dijadikan souvenir adalah Hang Ten dan Giordano. Meskipun banyak yang mengira Hang Ten adalah produk asli Singapore, tapi sebenarnya brand ini berasal dari California. Mula-mula brand ini khusus membuat produk surfing, tapi kini Hang Ten sudah berevolusi menjadi full lifestyle brand.  Selain nyaman dipakai, harganya juga relatif lebih terjangkau dibandingkan produk surf brand lainnya.

Di Lucky Plaza kami sempat beredar di dua kios Hang Ten. Sale farenya sungguh menggoda iman, sistemnya kita bayar lebih murah bila membeli lebih dari satu item dari produk yang sejenis.  Harga t-shirt termurah yang kami jumpai senilai S$10, bahkan ada yang seharga S$20 for 3 (each less than Rp. 50.000,-). Polo tees atau t-shirt berkerahnya seharga S$18 dan buat saya kualitasnya oke juga.  

Beda Lokasi, beda Harga?
Lain lagi cerita soal Giordano. Di  Jakarta, Depok atau di Malaysia sekalipun, Giordano biasa punya stall yang cukup luxury di dalam Mall. Di Lucky Plaza, Orchard Road, stall Giordano terletak di pinggir jalan di lantai dasar. Ruangannya terbuka, (sepertinya) non-AC jadi lebih mirip kios  yang dengan segera terasa gerah bila berdesak-desakan dengan buyer lainnya.    


The most wanted item adalah t-shirt I (heart) Sg. Produk original Giordano ini dijual senilai $18/pieces atau $26/2 pcs (July, 2011). Its still too expensive for budget traveler like us, jadi kami hanya beli satu wangki/polo tees Giordano ($23). Ada banyak cabang Giordano di Singapore, entah harganya sama atau tidak untuk tiap toko.

Indonesian Habit
Saya mendengar cerita bahwa kebanyakan orang Indo  terperangah setelah membandingkan dengan harga versi Jakarta yang (katanya) lebih mahal. Itu sebabnya Singapore adalah salah satu shopping destination paling dekat dan terjangkau bagi banyak Shopaholic. Suka atau tidak, wisatawan Indo juga dikenal mudah kalap ketika belanja, mungkin karena hal itu juga pelayan toko disini sangat ramah. Mereka bahkan cukup fasih menawarkan dagangan dengan bahasa Indonesia, even they are Chinese, Indian and Filipino. Great marketing strategy!

Setelah belanja 11 t-shirt, apakah kami masuk juga dalam golongan diatas? Difficult question, since we bought it for our beloved family, not for our own self (self_defence.com). Bagian “membelikan oleh-oleh” sungguh dilematis, walau sedikit merepotkan tapi sudah jadi bagian dari tradisi dan budaya, bukan karena kelebihan duit ya (untung lagi sale).

Kesimpulan, Orchard road was a perfect shoping paradise for anykind of budget. But if you ask us, we prefer go to the museum or another heritage building. :)

Minggu, 11 September 2011

Cheap Eats in Singapore



Menurut USB Survey tahun 2011, Singapore memegang peringkat ke-10 sebagai kota termahal di dunia dan masih menduduki rangking pertama sebagai kota termahal di kawasan ASEAN.  Mungkin karena alasan inilah para budget traveler harus cukup tricky mengatur anggaran, termasuk untuk urusan perut.

Fyi, harga basic meal di sebuah restaurant berkisar S$20-40 per orang. Expensive enough for us, and for some other people. Mungkin ini juga salah satu kendala beberapa kalangan orang enggan berlibur, padahal gaya ‘liburan’ masa kini tidak selalu identik dengan tidur di hotel berbintang dan makan di restoran mewah. 

Salah satu rahasia untuk menikmati kuliner lokal tanpa perlu merogoh kocek terlalu adalah ‘eat like local’. Pergilah ke tempat dimana penduduk lokal makan. You’ll be surprised what you found in a cheaper way. 

Hawker Center
Hawker Center adalah pusat makanan yang terdiri atas banyak kedai makan (food stall) dan terletak dekat dengan area pemukiman  penduduk dan pusat transportasi  (Bus Interchange dan stasiun MRT). Berbagai jenis panganan disini dijual mulai dari S$3-4 seporsi di ruangan yang tidak ber-AC (terkadang juga open space). 

Pertemuan kami dengan salah satu menu Hawker Centre termurah dan terenak terjadi di Ananas Café, di area Pasir Ris Station. Seporsi Steam Chiken with Rice (S$2), Roasted Chiken with Rice (S$2) plus stir fry baby Kalian (S$3), total damage $7 berdua. Chiken Rice ini sangat popular, nasinya gurih karena dimasak dengan santan dan sedikit berminyak, potongan ayam Hainannya lembut dan juicy, pelengkapnya adalah irisan timun. Menu-dua-dollar yang extremely cheap dan sangat menggiurkan.

Food Court     
Hampir mirip seperti di Indonesia, Food Court adalah pusat makanan yang terdiri di dari berbagai kedai makanan dan biasanya terdapat di dalam pusat perbelanjaan atau tempat komersial lainnya. Bedanya dengan Hawker Center, ruangannya sudah ber-AC. Selain menu lokal, juga banyak varian menu Internasional, seperti western food, Thai food etc. Satu porsi menu makanan berharga mulai S$5-6. Di Food Republic, Vivo City satu porsi nasi lemak (plus ayam) seharga S$6, dan semangkuk chiken mee seharga S$5.5. Barangkali karena Vivo City adalah mall terbesar yang juga terhubung dengan Sentosa Island, jadi Food Courtnya pun lebih mahal.    

Fast Food
Fast Food jadi andalan banyak wisatawan dari Indonesia karena mudah ditemukan, dijamin kehalalannya sekalipun harganya bisa sedikit lebih mahal ketimbang dua opsi diatas. Harga satu set menu makanan ini berkisar mulai S$7.

Kami sempat makan di Mc.D yang terletak di Lucky Plaza karena ini satu-satunya fast food yang bisa kami temukan di jam 11 malam di Orchard Road. Kami beli 2 paket senilai S$15 untuk: Double Cheese Burger, (semacam) Chicken Strip, dua French Fries, dua gelas besar Pepsi Cola. Oya, selain rasanya ‘agak’ berbeda dengan Mc.D versi tanah air, disini juga tidak dijual nasi.    

7- Eleven   
7-Eleven adalah jaringan convenience store (24 jam) yang paling mudah di temukan. gerai ini selalu punya promosi untuk produk snack, makanan siap saji (microwaved food) dan berbagai minuman dingin dengan harga yang terjangkau. Produk Quick Bites 7-eleven yang sempat kami cicipi adalah Sandwich Chiken Ham & Cheese dan Sandwich Chiken Ham, Egg & Cheese, masing-masing seharga kurang dari S$2.5. Lumayan praktis untuk dijadikan sarapan, bekal perjalanan atau ransum darurat tengah malam.  
Cheap enough isn't? Happy travelling, happy eating.

Sabtu, 03 September 2011

Babon Pantat Merah @ Singapore Zoo

Hamadryas Baboon si pantat merah

Usia kami sudah menginjak pertengahan duapuluhan, tapi masih saja doyan pergi ke kebun binatang. Sayang sekali kalau hidup ini dihabiskan hanya untuk mengamati Homo Sapiens, spesies paling egois sedunia. Jadi setelah sekian banyaknya browsing dan searching, Singapore Zoo termasuk dalam list "wajib" pada perjalanan kami. Saya penasaran banget pada kebun binatang yang termasuk dalam daftar "10 kebun binatang terbaik di dunia" ini.

Sedikit "insiden" di hostel bikin kami kehilangan setengah hari dengan percuma sementara kebun binatang ini lumayan jauh dari pusat kota. Itinerary hari ketiga terlanjur berantakan. Untung agenda ke Mandai Zoo (nama lokalnya Singapore Zoo) masih bisa diselamatkan. Sedikit kesiangan, tapi kesampaian juga.

Lepas Kandang
Panda lepas dari kandang
Akhirnya sampai juga di Singapore Zoo. Kami menyerahkan lembaran $50. Tiket masuk per orang sebesar $20 (sekitar Rp. 140.000,-) dan $5 untuk keliling dengan tram seharian. Harga ini nyaris dua kali lipat lebih mahal dibanding tiket masuk Taman Safari Cisarua, kebun binatang Indonesia termahal yang pernah saya masuki (and one of my favourite zoo). 

Ini dia yang jadi ujung tombak keistimewaan Singapore Zoo: konsep open cages atau tanpa kandang. Hewan-hewan disini diperlakukan lebih "manusiawi". Bukannya dikurung dalam kerangkeng besi yang sempit, mereka dibiarkan bebas berkeliaran pada suatu bidang lansekap yang dibuat semirip mungkin dengan habitat alami mereka. Istilah kerennya enklosur. 

The Animal
Dalam keterbatasan waktu sementara ada banyak obyek yang tersedia, kami menemukan metode paling aneh untuk mengelilingi sebuah kebun binatang. Duduk sambil membaca peta sambil membiarkan tubuh kami dibawa berkeliling oleh tram. Setelah satu putaran penuh, kami kembali ke titik semula dan selesai berkompromi hewan-hewan mana saja yang bakal kami kunjungi lebih dulu. What a wierd method. Here some animal we've seen: 

African Penguin
Pinguin masuk dalam keluarga burung yang nggak bisa terbang namun lihai berenang. Melihat mereka ini mengingatkan saya pada empat tokoh pinguin di Pinguin of Madagascar yang usil. 

Banded Mongoose: Musang Afrika
Sebenarnya saya juga kurang tahu apakah Mongoose ini lebih pantas dipanggil musang atau luwak. Tapi waktu kami mengunjungi mereka, satwa yang biasa hidup di bagian selatan Sahara ini lagi berjemur sambil permalasan di atas batu.  

African White Rhino's
Kalau ditanya apa bedanya African White Rhino's dengan badak kita yang ada di ujung kulon sana, saya cuma tahu satu jawaban. White Rhino's ini bercula dua, sedangkan Javan Rhino's bercula satu.

Orang Utan
Kera rambut merah ini primadona di Singapore Zoo. Kalau dilihat sekilas Orang Utan ini memang nampak lucu dan rapuh, apalagi matanya yang selalu berkaca-kaca itu, tapi sebenernya satwa endemik Sumatera dan Kalimantan ini kuat banget. Perusakan hutan yang jadi habitat alami mereka, perburuan dan perdagangan ilegal membuat satwa ini masuk dalam kategori terancam punah.  
Mandrill
Primata Africa ini  mudah dikenali karena warna hidung yang kemerahan dan pipi yang kebiruan, pokoknya warna-warni. Seingat saya, karakter Mandrill ini dipakai jadi tokoh "dukun" di kartun Lion King. 

White Tiger
Ini dia satwa eksotik lainnya: White Tiger alias Harimau putih. Berbulu putih dan berhidung pink bukan karena albino tapi karena peranan gen resesif yang membuatnya jadi istimewa. Si putih yang (katanya) bermata biru ini juga tubuhnya relatif terlihat lebih besar ketimbang harimau normal yang berbulu oranye itu.

Hamadryas Baboon

Kalau ditanya satwa mana yang paling aneh dan menarik, saya pasti jawab si Hamadryas Babon. Pantat besar berwarna merah itu sungguh eye catching. Baboon yang hidupnya di negara-negara tanduk Afrika dan semenanjung Arab yang kering, berbulu cukup lebat dan panjang. Apa nggak gerah ya? Meski bentuk dan warna pantatnya eksotis, hewan ini ternyata cukup disakralkan lho di jaman Mesir kuno. 

..tada.. with elephant fossil
Selain itu kami juga sempat melihat beberapa satwa yang juga kita temui di kebun binatang di Indonesia: Jerapah, Zebra, ikan Duyung (dungeon), Gajah Asia, Babirusa, Flaminggo etc. Bagi mereka yang sudah biasa dengan kebun binatang Ragunan atau Taman Safari Cisarua-Bogor, sebenarnya Zoo disini ternyata masih bisa dikelilingi dengan kaki. Lebih hemat dan lebih sehat, hehehe.. 

Dari empat animal show yang ada, kami berkesempatan lihat dua:  'Splash Safari Show' dan 'Elephant at work and play show'. Si Splash Safari show ini menampilkan seekor Singa Laut California yang berenang cepat dan lihat menangkap frisbee. Simpel tapi interaktif. Contohnya ketika seorang bule Canada ditantang melemparkan frisbee dari jarak cukup jauh. Kalau gagal ditangkap, si bule ini harus menceburkan diri ke kolam, only for a joking, tapi si Singa Laut ini berhasil menangkap semua lemparan itu. Kabarnya, Singa Laut punya keseimbangan sebagus Gajah. Great Job! Ada juga beberapa moment dimana si Sea Lion yang usil ini berenang cepat sambil mengibaskan ekornya, alhasil penonton yang duduk di depan (splash area) pun jadi basah, dan tetap senang.     


Show kedua adalah pertunjukan empat gajah Asia. Indonesia diwakili oleh Jati, seekor Gajah muda dari Sumatera. Berlatar belakang camp penebangan kayu, para Gajah membantu meringankan pekerjaan manusia. Mereka saling lomba mendorong dan mengangkat log-log kayu yang berat, bahkan cukup cerdas untuk mengembalikan kayu gelondongan itu kembali ke tempatnya semula. Dipandu oleh seorang nona India yang manis, show ini dikemas dengan jenaka. Saya paling senang sewaktu si Gajah ini pura-pura mati  
 
Adegan pada Elephant at Work and Play Show

(Another) Reflection
Duo Panda @Singapore Zoo
Pengalaman baru berkeliling di kebun binatang di negeri orang ini menyenangkan, banyak wawasan baru dan menyisakan sedikit perenungan bagi saya. Beberapa perenungan (poin pertama dan keempat) dihasilkan ketika saya dan Panda sedang duduk cukup lama di depan enklosure Hamadryas Baboon. Sebenernya kami sedang 'sedikit' bertengkar waktu itu (sudah lupa karena apa), tapi ternyata ada manfaatnya juga kami terdiam saat itu:  

Satu, beberapa satwa eksotis yang dipamerkan di Singapore Zoo ini beberapa berasal dari Indonesia, such as: Komodo, Bekantan Kalimantan (simbolnya Dufan), Gajah Sumatera, Babi Rusa dan Lutung Jawa. Orang Utan bahkan menjadi satwa unggulan di kebun binatang ini. Ah Meng, seekor orang utan Sumatera dulu bahkan pernah menjadi maskot Singapore Zoo, sayangnya monyet berkelamin betina ini mati di tahun 2008. 

Dua, kami belum sempat memasuki Fragile Forest. Tapi dari yang saya baca di website mereka, Hutan buatan ini diperkaya dengan arsitektur dan display artifak suku Asmat dari Papua. Aspek budaya yang coba diusung dari suku ini adalah gambaran kedekatan hubungan manusia dengan alam.  

Tiga, Di Singapore saya baru tahu bahwa dari 8 sub-spesies harimau, 3 sub spesiesnya telah punah, dua diantaranya adalah Harimau Jawa dan Harimau Bali. Sedangkan Harimau Sumatera yang masih eksis kini berstatus satwa kritis yang terancam punah (critically endangered).   

Empat, sebenarnya sudah ada beberapa kebun binatang di Indonesia yang menerapkan konsep 'open cage', seperti: Taman Safari Cisarua di Bogor, Batu Secret Zoo di Malang, dan Pusat Primata Schmutzer di Jakarta. Ketiga kebun binatang ini tidak kalah memukau bagi saya, tapi sayang sekali tidak terlalu populer bagi pengunjung mancanegara.

Saya tidak sedang protes karena satwa-satwa asli Indonesia lebih tenar di negeri orang. Karena eksistensi sebuah kebun binatang bukan masalah komersialisasi saja, tapi juga kontribusi positif berupa konservasi ex situ dan edukasi. Bukan pula mempermasalahkan diadopsinya salah satu budaya suku di Indonesia. Bagi saya itu justru kebanggaan, nilai positif bila filosofi suku Asmat menjadi inspirasi hubungan manusia dan alam yang ideal dikala masyarakat sebangsanya justru banyak yang mengabaikannya.  

Saya cukup sedih mengetahui negara kita yang mewarisi kekayaan ragam flora-fauna ini tidak bisa menjaga aset bangsanya. Sebelum protes, apa kita sudah melakukan yang terbaik untuk menjauhkan mereka dari kepunahan? Modern Zoo kita tidak kalah memukau kok. Tapi kalau boleh jujur kita ini belum siap sampai level 'go international'. Baru menyenggol soal infrastruktur, akses kemana-mana ruwet, dimana-mana macet, transportasi publik masih berantakan, toilet-toilet di stasiun masih saja pesing dll.  

Mengerti masalahnya? Di Indonesia, membangun kebun binatang yang hebat saja belum cukup, banyak hal yang harus dibenahi. Sehari di Singapore Zoo, banyak yang kami pelajari dan renungkan. Thanks God its done.  


Singapore Zoo 
80 Mandai Lake Road
Singapore 729826
http://www.zoo.com.sg
Opening Hour
8.30am to 6.00pm daily
(Last ticket sale at 5.30pm)
Rates
Adult S$20.00
Child (3 to 12 years old) S$13.00
tram S$ 5.00  
Direction 
take MRT alight at Ang Mo Kio station (NS16), take bus service 138 to Singapore Zoo.