Rabu, 22 Juni 2011

Pusat Primata Schmutzer: Awesome Gorilla!!!


Setelah sedikit berkeliling di TM. Ragunan, akhirnya sampai juga di Pusat Primata Schmutzer  (26/3/2011). Primate Center yang masih terletak di area TM. Ragunan ini diklaim sebagai one of the largest in the world. Meski begitu, tidak banyak kerabat saya yang tahu tentang tempat ini, saya pun tahu dari internet kok. Thank God for the Internet

Untuk masuk ke Pusat Primata Schmutzer, kita harus bayar lagi Rp. 5.000/pax. Berbeda dengan TM. Ragunan, aturan disini cukup ketat. Kita diwajibkan menitipkan barang bawaan, dilarang membawa makanan-minuman jadi tidak mungkin piknik di sini. Saku Panda bahkan mesti diperiksa dulu oleh Satpam, rupanya pengunjung dilarang membawa korek.

Great Place, Great Atmosphere

 

Kami cukup takjub ketika melihat pintu utama PP Schmutzer dari dekat, really a well designed building. Atmosfernya sungguh berbeda dengan ketika masih di kawasan TM. Ragunan tadi. Susah digambarkan dengan kata-kata. 

Saya yakin alm. Ibu Puck Schmutzer, dermawan pemrakarsa pendirian pusat primata ini mempunyai visi yang luar biasa. Wanita berdarah Jerman, kelahiran Wonosobo itu benar-benar pencinta Satwa. Ibu Puck Schmutzer bersama dengan Gibbon Foundation membangun PP Schmutzer yang diresmikan tahun 2002, dan dihibahkan pada TM. Ragunan pada tahun 2006.
 

Setelah menaiki tangga kami melewati waving gallery, semacam terowongan panjang dengan atap kanopi. Di sepanjang terowongan ini banyak panel-panel yang berisi informasi tentang Gorilla Africa, dan cukup tengok ke bawah (ground level) untuk lihat “rumah” Gorilla yang konsepnya dirancang menyerupai alam bebas (enklosur). Sayang sekali, waktu kami melongok ke bawah tidak ada satupun Gorilla yang nampak, atau mungkin terhalang pepohonan yang rimbun itu? 

Di ujung terowongan, ada tangga menuju ground level. Kesan pertama kami: tamannya cakep, bersih, teduh, banyak tempat untuk duduk and a lot of fresh air. Nah di ground level terdiri atas primate dalam kubah: Siamang, Owa, Kukang, Lutung dll, dan sejajar juga dengan “rumah” Gorilla. Tiap kubah ini nampaknya didesign sesuai dengan perilaku dan karakter satwanya. Niat hati ingin memfoto satu-satu, tapi monyet-monyet itu terlalu lincah. 


Bagi pengunjung yang kehausan di dalam area ini ada beberapa tap water yang air nya bisa langsung diminum. Ada beberapa keran yang sudah rusak, sisanya masih berfungsi. Kami tetap menahan dahaga, seperti sudah jadi paradigma bersama kalau masalah ‘higienitas’ adalah barang mahal di Indonesia.    

Dimanakah Orangutan? Kami mesti masuk ke dalam semacam goa buatan untuk menyaksikan kehidupan Orangutan. Jangan bayangkan goa yang pengap dan becek. Meski di dalam agak remang, tapi goa ini bersih dan bahkan ber AC, nah kita bisa lihat kegiatan Orang utan di kandang semi-alaminya dari balik dinding kaca tebal. Benar-benar pengalaman yang unik, menonton live interaksi keseharian Orang utan. Di dalam goa pun ada tempat duduk berbentuk log-log kayu, untuk yang masih ingin berlama-lama mengamati kerabatnya, hehe..


Saya dan panda menemukan ada satu bagian kaca yang punya garis retakan, dari hasil olah TKP (halah..!) kami menduga kalau pola garis itu dihasilkan dari hantaman menggunakan patahan besi tempat bergelantungan si kera rambut merah itu. Kesimpulan kami, selain sangat kuat mereka juga cukup cerdas. At least, kalaupun tidak sampai benar-benar retak, mereka sudah cukup kreatip untuk mencoba ‘membobol’ kaca itu. Ccck pantas aja, soalnya ada studi genetika yang menyatakan kedekatan DNA manusia dengan Orang utan mencapai 97%. (Nostalgia kuliah evolusi lagi) 


Sayangnya camdig ini kurang bersehabat untuk ruangan dengan cahaya minim, alhasil skip foto-foto lagi. Padahal ada seekor induk Orang utan sedang berpose tiduran dengan anaknya yang imut. Oohh…  

Ada adegan lucu ketika seekor lutung jawa memeluk-meluk “teman”nya dengan mesra, tak lama kemudian si teman ini metani (java= mencari kutu) si lutung genit ini. Rupanya perlu rayuan maut dulu biar bisa dipetani.


Satwa yang paling eksotis buat kami berdua, sudah jelas: GORILLA Afrika. Kera yang terbesar di ordonya ini aseli eksotik banget, big but beautifull. Saking besarnya sampai-sampai satu orang dewasa rasanya muat masuk ke balik kulit berbulu hitam itu. Gorilla ini juga yang menginspirasi Film Sekuel Kingkong, bedanya Gorilla nyata sedangkan Kingkong fiksi. Dari keterangan yang kami baca, makin berumur maka bulu punggung Gorilla makin berwarna silver, it makes them more and more exotic.    

Kami sempat berhenti cukup lama ketika sepasang Owa Jawa tiba-tiba meloncat kesana kemari sambil “berceloteh”. Keduanya punya suara yang berbeda, karena  salah satunya mengeluarkan suara dari leher yang bisa menggelembung. Meski hanya berdua, kera kecil yang langka ini lumayan berisik hingga banyak orang yang ikut menyaksikan atraksi mereka. 


Sebelum meninggalkan PP Schmutzer, kami pamitan dulu ke Gorilla tepat saat feeding timenya. Anehnya, seperti sudah terbiasa dikunjungi manusia dan bukannya malu mereka justru berpose bak bintang iklan sabun di depan pengunjung hehehe.. Finally, kesampaian kesini juga ya mbus Panda..


Special Ordinary Date: Movies and Dinner
Dari pintu utara Ragunan, kami menuju Halte Busway, dan ntah bagaimana di perjalanan yang belum seberapa tiba-tiba tercetus ide untuk nonton. Akhirnya setelah seharian bersama para binatang, sorenya kami memutuskan untuk melewatkan malam mingguan dengan agenda yang lebih normal: nonton film dan makan malam.

Turunlah kami di halte Pejaten dan melenggangkan kaki menyeberang ke Pejaten Village, lalu nonton Paris Express di XXI. Paris Express cerita petualangan nan seorang kurir pengiriman paket express yang akhirnya terjebak dengan sekawanan penjahat. Memang film perancis itu selalu fresh dan ending ceritanya susah ditebak.

Setelah perut berasa bergejolak, kami melenggang di Kemiri masih di Pejaten Village. Restoran ini dikemas dengan design tempo doloe, mungkin cenderung ke era 70’an dengan banyak kusen jendela ala belanda di dindingnya. Pertama masuk kita akan dapat sebuah elektrik card yang menunjukkan nomer meja, dan dipakai untuk order makanan.

Menunya didominasi tradisional meski ada juga beberapa menu internasional, dari sate sampai steak, dan dari bir pletok sampai wine, untuk camilan ada beberapa jenis kue basah jawa, termasuk serabi. Panda pesan nasgor ikan asin dan saya batagor, and its yummy.. tempat ini recommended untuk makan bersama keluarga ataupun sekedar melepas kangen dengan masakan tradisional. However, It such a great weekend, thanks Lord Jesus, thanks my dearest Panda.  

Pusat Primata Schmutzer
Kompleks Taman Margasatwa Ragunan 
Jl. Harsono RM. 1, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Telp. (021) 78847105, fax (021) 78847155
e-mail: ppschmutzer@gmail.com
Jam Operasional
Senin-Minggu         9.00-16.00 WIB
HTM  
Rp.   5.000