Senin, 16 Mei 2011

Planetarium: Gagal lihat bintang, berakhir nonton Film Jadul.



Kali ini saya bener-bener browsing supaya kejadian konyol di Monas gak terulang kembali. Panda pun udah tanya-tanya ke temen tentang rute ke Planetarium Jakarta. 

Sehari sebelum berangkat, saya sempet telpon CS Planetarium untuk tanya agenda film yang diputar di Teater Bintang mereka. Gak diangkat dan gak ada feeling apapun. Barangkali kami over excited saking kepinginnya melihat hamparan angkasa di Teater Bintang.      

Kejutan Pertama: Ini sih lebih dari sekilo..!

Akhirnya hari Sabtu, 19 Maret 2011 kami mantap jalan ke Planetarium di Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM). Berangkat via KRL- AC Ekonomi dari stasiun Depok Lama (Rp. 5.500/pax), dan turun di stasiun Cikini. 

Panda diwanti-wanti untuk gak naik M.17 jurusan Ps Senen-Manggarai (takut copet katanya). Kami jalan aja karena menurut info Planetarium kurang dari 1 KM dari stasiun. 
 
Gak seberapa lama kami tanya arah ke seorang ibu-ibu pejalan kaki yang menunjukkan ke arah kanan. Kami cross check ke bapak-ibu pemilik warung, dan mereka menunjuk ke arah sebaliknya, sesuai rutenya M17. Ikutlah kami sesuai info kedua.

Setelah berhujan-hujan ria dan sedikit ribut masalah payung, sampai juga kami di komplek Taman Ismail Marzuki (TIM). Tapi ini sih lebih dari sekilo! Sementara M.17 melintas di depan mata kami, lewat persis di depan TIM. Hiks. 

Kejutan Kedua: Gagal lihat bintang

Observatorium
Kejutan kami kedua: membaca secarik kertas yang ditempel di pintu kaca yang gelap bersama kerumunan ABG yang sama kecewanya. Isinya simple: Planetarium tutup karena proyektor rusak! Tanpa penjelasan sejak kapan pengumuman itu direlease, dan kapan pula sembuhnya itu proyektor. Gedung itu bener-bener gelap, terkunci, dan gak ada satupun pegawai yang masuk. Bah, enak kali..!

Sambil mengoles Voltaren di betis yang lumayan pegel, kami ngobrol dengan seorang wartawan-yang-lebih-malang-daripada-kami karena beliau hari ini mau meliput tentang Planetarium. 

Perbincangan singkat itu gak sia-sia karena kami dapat info, di kompleks TIM ini sedang ada event “Bulan Film Nasional 2011”. Kurang lebih acaranya pemutaran film-film Indonesia pilihan dari tahun 1950-2011, for free pula. Mula-mula sih kami cuek-cuek aja denger info tersebut, dan pilih keliling-keliling TIM.

Display sejarah performance Teater Koma 1977-2011
Rupanya di Graha Bakti Budaya, Pusat Kesenian Jakarta, TIM juga sedang ada pagelaran dalam rangka ultah Teater Koma: ‘Sie Jin Kwie Kena Fitnah’. Sayang sekali acaranya jam 19.30, dan sampai entah berapa jam. Kami gak bisa ambil resiko ketinggalan kereta. Hiks.  Lalu hujan tiba-tiba saja mengamuk..

Di kompleks TIM ini banyak banget tempat makan, dari yang model warung sampe ala café. Karena belum sempet sarapan, akhirnya kami nyicip soto lamongan (Rp. 18.000/porsi) sambil menatap derasnya hujan.  

Kejutan Ketiga: Film Jadul yang mengesankan
Dengan kondisi yang serba sulit begini, pilihan satu-satunya cuma berimprovisasi! Modal iseng, kami menyambangi Kineforum (masih di kompleks TIM) yang menggelar event "Bulan Film Nasional 2011". Sedikit menunggu karena loket baru dibuka sejam sebelum penayangan, kali ini no protes lah, gratis soalnya. Kami sempet ngobrol dengan seorang ibu-ibu dari Aceh yang sedang studi lanjut di IKJ, dan dengan semangat menawari saya kuliah di sana. Maap bu, satu-satunya keahlian seni saya adalah melukis abstrak di atas bantal, pake iler pula. hehehe..

Film yang kami tonton berjudul "Neraca Kasih" garapan tahun 1982,(kami berdua belum lahir) bergenre drama keluarga. Studio Kineforum ini cukup nyaman, dingin dan kapasitas hanya 45 kursi. Sesaat sebelum film mulai, Panda sempat berbisik "Nanti kalau filmnya jelek, kita kabur ya...". 
Sejarah adalah Sekarang 5

Singkat cerita, perasaan saya campur aduk. Pertama geli, melihat properti film era 80'an: sepatu sekolah yang mirip sepatu balet, mobil jadul sampe rambut mekarnya Meriam Belina ketika remaja. Kedua, terkesan. Film ini apa adanya, tanpa memamerkan keindahan alam Indonesia, benar-benar mengandalkan jalan cerita.

Neraca Kasih kurang lebih bercerita tentang polemik seorang anak yang sepeninggal ayahnya seolah mesti memilih harus tumbuh dengan cara ibunya (Medan) yang seorang ibu rumah tangga atau budhenya (Jawa) yang seorang wanita karir. Great film, saya bisa ikut merasakan kegalauan si anak. Jalan ceritanya nyaris tak tertebak, dan saya salut karena pesan moralnya begitu kuat. Seandainya film Indonesia di masa kini bisa sebagus ini..

Kejutan Keempat: Steak enak di TIM 

Setelah melewati kegilaan hari ini kami menghibur diri di Galeri Café & Resto, masih di area TIM. Kami duduk di area outdoor dining area, lalu Panda pesan Beef Cordon Bleu (60k), saya pesan Chicken Cordon Bleu (55k). Steak disini lumayan, dagingnya dicincang lalu dibentuk bulat, keju dan bombay terselip ditengahnya. Sausnya sedikit kemanisan, but its ok. Cuman memang belum ada yang ngalahin our favourite Steak Cafe: Plato, di Salatiga. Di Cafe Galeri ini kami dapet free appetizernya berupa roti + butter, rotinya enak dan lembut banget di lidah. 

Beef Cordon Bleu
Walaupun gak berjalan sesuai rencana, its still a great day, new experiance, and kami belajar bahwa improvisasi itu perlu juga.

Morale of the story:  Sebagus apapun persiapan, selalu aja ada resiko untuk hal-hal yang tak terduga di perjalanan. So, always prepare for back-up plan. Oya, Always pray first. 

Planetarium Jakarta
Jl. Cikini Raya 73, Jakarta 10330
Telp. 021- 2305146, fax.2305147
Tiket Masuk
Dewasa  Rp. 7.000,-
Anak-anak  Rp. 3.500,-
Jadwal Pertunjukan Teater Bintang
Selasa-Jumat,  16.30 WIB
Sabtu, Minggu, Libur Nasional, 10.00, 11.30, 13.00 dan 14.30 WIB
Libur Nasional (Jumat), 10.00, 13.30, 15.00 dan 16.30 WIB

1 komentar:

  1. wah berarti beruntungan aq dit, aq bisa ntn bareng temen2 setelah memprofokasi 100san org untuk tetep ngantre meski jam tanyang abis biar dibuatin pertunjukan tambahan. hahahaha.

    BalasHapus

tinggalkan jejak..