Rabu, 18 April 2012

Nostalgia Kota Tua, Jakarta

Sudah berjam-jam menatap layar laptop bersama setumpuk buku dan kertas, tapi tugas ini belum kelar juga. Deadline makin dekat tapi otak ini lagi sulit diajak kompromi. Seperti kebanyakan orang pada umumnya, we need some refreshment. Saya beranjak ke dapur untuk menyeduh kopi ditemani lantunan lagu “it’s magic” dari the Pilot. Lagu era 70’an ini populer lagi setelah dijadikan background lagu sebuah iklan motor. Lagu ini selalu terdengar di Stasiun Manggarai, Suddenly that song get stuck in my head! Coffee ready, music ready, then i start to blogging. 

Cireng vs Dimsum
Postingan ini terinspirasi ketika sedang telponan dengan Panda sore tadi. Gara-gara itu, saya mengaduk-aduk folder foto di facebook dan menemukan folder berjudul “April 2011”. Folder ini berisi foto jeng-jeng di seputaran Jakarta yang belum sempet diposting ceritanya. Keliatan banget ya malesnya, it’s been a year gitu loh! Beberapa foto yang mengesankan ketika kami sepedaan ala nyonya dan meneer Belanda di Old Batavia alias Kota Tua Jakarta. 

Kawasan Kota Tua ini terletak di Jakarta Barat. Untuk gampangnya kami naik KRL dari stasiun Depok Baru ke Stasiun Kota, lalu tinggal menyeberang terowongan BEOS untuk mencapai kawasan Kota Tua. Kawasan Kota Tua ini berisi gedung-gedung peninggalan Belanda, yang kini disulap jadi museum. Old Batavia ini ideal buat pelancong yang punya minat pada wisata arsitektur dan sejarah.  

Hari itu saya dan Panda janjian untuk bertemu our bestie: Lina & Vini di Kota Tua. Sementara menunggu kami ke berbagai museum: M. Mandiri, M. Bank Indonesia, M. Fatahillah, M. Wayang, dan M. Seni Rupa dan Keramik. Kepanasan, basah kuyup karena keringat dan perut keroncongan, akhirnya kami menjajal es lilin potong dan cireng yang harga keduanya cuma Rp. 2.000-an.

Batavia Cafe
Batavia Cafe, April 2011
Belum kenyang juga, kami melirik Batavia Cafe dan semula untuk sekedar ngopi. Begitu masuk atmosfer klasik-elegannya begitu terasa, pantes ada waiter yang sempet melirik ke kami: T-shirt plus celana pendek. Kami duduk di lantai 2, bangunannya klasik tapi sungguh cozy dengan furniture serba kayu, lampu-lampu cantik nan antik dan jendela-jendela besar menghadap ke pelataran Kota Tua juga banyaknya pigura foto di dinding. Pengunjung di cafe ini rata-rata bule juga sih. 

Kalau melongok sedikit keluar jendela, terlihat kumpulan orang yang sedang sepedaan, pertunjukan reog dan gerobak cireng 2.000-an tadi pun kelihatan. Satu kawasan tapi rasanya dua dunia yang berbeda. Di lantai satu Batavia Cafe ada live music performance yang membawakan lagu-lagu jazz dan latino, it makes more romantic. Ketika duduk, taplak meja putih di meja kamipun segera digantinya, dan menu makanannya ada di balik pigura-pigura itu. Unpredictable! Kami rada shock liat pricelistnya, tapi kata Panda sekalian celebrate my birthday and our anniversary. Hari jadi kami memang bukan tanggal 2 April, but somehow selalu dirayakan tanggal 2 di tiap bulannya. 

Kami pesan Dimsum dan Babi yang dimasak merah. We have say kalau rasanya memang outstanding, bahan-bahan yang dipakai bener-bener fresh, tampilan, porsi dan servicenya pun sebanding dengan harganya. Tidak berapa lama sohib kami muncul, dan akhirnya kami foto-foto di hampir seluruh penjuru cafe ini. Termasuk toiletnya! Toilet di Batavia Cafe ini cantik banget. Dekorasi bergaya klasik  penuh pigura dan kacanya dihiasi lampu, macem ruang rias artis aja! Total damage for 2 main course and 4 beverages Rp. 350K++. Kalau dituker cireng dan es potong dapet berapa ya? Hihihi...

Sepedaan di Kota Tua 
Cycling in Old Batavia, April 2011
Perut kenyang, hatipun senang! Rasanya nggak lengkap ke Kota Tua kalau nggak sepedaan. Jadinya kami sewa sepeda “ontel” jadul yang disewakan bersama topi meneer dan topi berenda ala nyonya Belanda. Sepeda-sepeda warna-warni ini matching dengan topi-topinya lho! harga sewanya Rp. 20.000/jam. Bangunan dengan arsitektur Belanda ini memang perfect spot buat para fotografer, tapi kawasan ini biasanya sangat penuh jadi susah untuk mendapatkan foto yang steril dari pengunjung lain. 

Biarpun begitu banyak pasangan yang melakukan sesi foto prewedding di area ini. Ya, mereka repot-repot dengan dandanan lengkap. Dari sanggul, bulu mata palsu hingga balutan gaun putih merekah dan jas lengkap di siang yang terik plus dilihat-liatin orang banyak pula, but it worth to do. Saya yakin hasilnya bakalan memuaskan. Foto-foto kami diatas diambil dengan museum Fatahillah sebagai backgroundnya. Waktu di upload di FB sempet dikira foto prewed juga. Apa? Masa pake celana pendek dan muka berminyak gitu, hihihi..

Selesai sudah nostalgia di Kota Tuanya, its time to finished my assignment. Happy Traveling!   











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak..