Kamis, 12 Januari 2012

Sand Sculpture Festival, Sentul


- Ralph Waldo Emerson

Satu dari segelintir hal yang saya syukuri 'numpang' tinggal di salah satu kota satelit Jakarta adalah selalu saja ada acara-acara yang menarik untuk dikunjungi. Seolah memonopoli roda perekonomian nasional saja nggak cukup, kawasan megapolitan Jabodetabek sering dijadikan tuan rumah bagi berbagai festival berskala internasional. Festival pembuka di tahun 2012 ini adalah Indonesia Sand Sculpture Festival yang diselenggarakan di Alam Fantasia, Sentul City.

Saya sempet mentag liputan festival patung pasir yang pertama kali diadain di Asia ini di account facebook Panda. Beberapa hari kemudian Panda nongol bersama selembar complementary ticket berwarna merah. Tiket ini pemberian dari temen kantor dan berlaku untuk dua orang, horayy!  

On the Journey.. 
Kami berangkat bertiga bersama tante diantar si roda empat. Salah satu hal sederhana yang menguntungkan bagi seorang cewek  dalam perjalanan adalah tanggung jawab dalam berkendara. Ketika kedua kaki Panda bergantian menginjak rem, kopling dan gas, saya bisa duduk dengan kaki bersila. Ketika tangannya sibuk memutar stir mobil dan memindah persneling, jemari saya justru sedang bergulat dengan kulit kacang. Gemeletuk kacang yang digilas  si geraham membantu saya tetap melek. Bagi Panda, tidak ada yang lebih sadis dari pada ditinggal tidur pacarnya sementara dia menerobos kemacetan. Hehehe..

Setelah melewati beberapa adegan nyasar sebelum masuk tol Jagorawi, kami berhasil keluar di gerbang tol Sentul Selatan. Selanjutnya hanya perlu mengikuti deretan poster yang mengarahkan kita ke Alam Fantasia, immposible to get lost. Poster-poster ini beneran helpful. Sementara saya yang baru pertama kali ke Sentul City bener-bener menikmati udara yang sejuk dan lansekap jalan yang well design, ada jalur sepedanya pula. Border plantnya juga cantik, teduh dan sungguh menyejukkan mata. Membuat saya tiba-tiba pengen sepedaan. Seandainya daerah lainnya di Jabodetabek bisa begini..   

Patung Pasir di Sentul

Keberuntungan kedua adalah kami cukup tambah satu tiket seharga Rp. 50.000/pax,  padahal menurut hasil browsing harga tiket Rp. 75.000/weekdays. Errr, sayangnya  panitia kehabisan guidebook, jadilah kami berkeliaran tanpa petunjuk. Secara umum, festival ini dibagi dalam dua tenda dengan tema berbeda. Tenda yang pertama bertema Wonders of Indonesia. Patung pasir yang didisplay antara lain Candi Borobudur dan Prambanan, tokoh pewayangan seperti Rama-Shinta, Hanoman, sampai fauna-flora eksotik seperti Komodo dan Orang utan.

Borobudur & Monk 

Hanuman & Prambanan temple
Barong
Auntie & Balinese Girl
Pengetahuan yang terbatas soal "seni diatas pasir" membuat saya membayangkan  bakal menyaksikan patung-patung rapuh yang mudah ambruk. Nyatanya setelah ngeliat langsung,  patung-patung penuh detail ini cukup kokoh berwarna kecokelatan yang mengingatkan  saya pada tanah liat.  

Tenda kedua bertema Wonders of the World. Isinya kebanyakan adalah iconic building dari berbagai negara seperti: Liberty statue (USA), Sphinx & Pyramid (Egypt), Big Ben (England) dan beberapa binatang unik khas Aussie seperti koala, kanguru dan platypus. 

Sphinx
Panda and miss Liberty
Karya pematung Singapura

Panda & Russian Church Sclupture
Christ the Redeemer

Sejujurnya saya gak pernah membayangkan timbunan pasir bisa dikreasikan menjadi sedemikan rupa indahnya. Seniman sejati nampaknya bisa menggunakan apa saja menjadi karya seni. Dari 22 pematung  yang berasal dari berbagai negara ini, tak satupun yang berada di tenda, tak satupun juga yang berasal dari Indonesia. Bukannya Bali punya banyak pematung hebat yah?  

Bicara soal pematung, ada seorang yang menarik perhatian saya. Wanita yang bekerja full timer sebagai pemahat patung pasir yang mengkreasikan hewan eksotis Aussie ini ternyata punya gelar Master Biology. I wish she was there. Saya kepingin tanya apa yang membuatnya "pindah haluan"  bermain-main dengan pasir. Meskipun sudah jadi seniman fulltimer, nampaknya nuansa biologinya belum juga pudar. Selain minat yang besar pada fauna, cara pendeskripsiannya karyanya itu masih begitu ilmiah. Pematung mana yang mau repot-repot menjelaskan kalau Platypus itu meski berparuh bebek dan kakinya  berselaput termasuk dalam kelas Mamalia, bertelur tapi menyusui. See? 

Fenomena aneh lainnya adalah secara nggak sengaja ketemu guru SMP saya di Salatiga. Sudah 12 tahun lebih sejak kelulusan saya dari SMP dan tiba-tiba bertemu guru Biologi di Sentul City. Saya langsung mengenalinya karena si ibu ini nyaris nggak berubah, awet muda. Dunia memang sempit!
 
Big smiling face
Berakhir sudah trip perdana kami di awal tahun 2012, experiencing new things together.  Time to go home. Panda kembali sibuk dengan persneling dan saya dengan si kacang.  Thanks a lot dear :)   
Sand Sclupture Festival
Alam Fantasia, Taman Budaya Sentul City
18 Desember 2011- 28 Januari 2012
HTM
Weekday     Rp. 50.000,-
Weekend     Rp. 75.000,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak..