Kamis, 08 Desember 2011

Wisata Gereja Tua Jakarta..


Gereja Immanuel Jakarta

Tes Camera
Meskipun judulnya terasa agak religius, tapi sebenarnya plesir kami kali ini dalam rangka 'ngereyen' camera Nikon SLR D3100 punya tante. Setelah sekian lama bergulat dengan camera digital pocket, akhirnya kesampaian juga ngerasain pakai SLR. Dengan pengalaman fotografi yang tergolong amatir kami memilih gedung gereja sebagai obyek  yang  relatif mudah difoto. Itu cuma teori saya. Kenyataannya menjepret gedung gereja yang menjulang tinggi itu cukup sulit, sampai harus berjongkok-jongkok ria. 

Entah sudah berapa kali saya gagal ngajak Panda ke kedua gereja bersejarah yang letaknya tidak jauh dari stasiun Gambir ini. Dan seringnya saya cuma bisa manyun ke arah Panda ketika melihat Gereja Immanuel & (atap) Katedral Jakarta dari dalam KRL. Tiba-tiba sabtu kemarin Panda dengan penuh semangat ngajak jalan dan dengan rajinnya menyiapkan ransel kamera sambil senyam senyum. Pantesan dari kemaren saya berkali-kali disuruh baca manual booknya. *lirik ke arah Panda*  

GPIB Immanuel tampak dari Stasiun Gambir

Gereja Immanuel 
As usual, kami berangkat dari depok dengan KRL commuter line tujuan Gambir. Tugu monas dan Gereja Immanuel sudah kelihatan jelas dari lantai tiga stasiun. Setelah pasang lensa, sedikit sentuhan zoom, voilĂ ! Gereja klasik ala Belanda yang serba putih ini terlihat anggun dibidik dari Gambir. Cuma karena sudutnya kurang pas, jadi bagian depan agak tertutup pepohonan. Fyi, GPIB Immanuel ini terletak di jalan Pejambon di seberang stasiun Gambir.

Melangkah ke seberang, gerbang depan gereja ini digembok jadi kami mesti berjalan memutar lewat gerbang samping. Biarpun tujuan utama sekedar berfoto-foto tapi kami mesti ijin dulu ke satpam lalu lanjut ijin ke pengurus gereja. Rasanya agak paranoid yah, mungkin untuk menghindari kejadian terorisme. Padahal dilihat dari sudut manapun, kami yang bercelana pendek ini sama sekali gak mirip wartawan, fotografer profesional apalagi teroris.

GPIB Immanuel Jakarta

Back to the Church. Gedung gereja ini benar-benar megah dengan pilar-pilar paladian raksasa, pintu dan jendela kayu yang tinggi-besar ditambah menara kecil diatas kubah bulatnya. Panda yang gembul aja bisa keliatan kecil difoto bersama gedung megah ini. Sayangnya cat putihnya sudah memudar jadi kelihatan agak kusut. Gereja ini sedang proses renovasi dan mestinya di cat ulang juga. 

Sayang seribu sayang kami gak bisa melihat interior di dalamnya karena sedang ada upacara pemberkatan nikah. Kami juga sempat ditanyai gara-gara berniat 'mencuri' foto pasangan pengantin berkostum putih-putih yang sedang menaiki tangga gereja yang meliuk. Momen yang sip untuk difoto. Sayangnya sudah keburu dipanggil sebelum berhasil jepret. Sebelum meninggalkan gereja, Panda masih sempat memfoto gadis-gadis kecil pengiring penganting yang terlihat cute dalam terusan warna putih. Sementara saya cuma bisa senyum-senyum pada Satpam yang menunjukkan raut curiga pada perilaku kami. What a wierd situation.   

Katedral Jakarta
Neo-gothic Church

Pertama kali lihat gereja bergaya neo-gothic ini ketika dalam salah satu perjalanan kami menggunakan KRL. Saya bertanya-tanya pada Panda, bangunan cantik apakah  itu yang 'bernuansa' eropa di tengah ruwetnya tata-kota Jakarta? Dan akhirnya sampai juga kami ke Gereja Katedral Jakarta ini diantar oleh bajaj BBG warna biru dari stasiun Gambir. Kurang dari 10 menit (dan Rp. 15.000,-) kami sampai juga di Gereja Katedral Jakarta. Menurut mbah google, nama resmi gereja ini adalah Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga/ De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming.

Katedral Jakarta

Sesampainya di gerbang kami langsung lapor ke pos satpam yang untungnya lebih flexible menerima tamu. Kami terperangah melihat gedung gereja ini dari dekat. Kata yang paling tepat untuk menggambarkan gereja ini adalah luarrr biasa cantik. Barangkali gereja kuno tercantik dan termegah yang pernah saya lihat langsung. Lagi-lagi kami tidak berhasil masuk ke dalam gereja karena sedang ada ibadah pemberkatan nikah. Mau bagaimana lagi, akhirnya kami cuma bisa mengagumi gedung gereja ini dari luar saja.
   
Inilah bagian tersulitnya. Gereja Katedral berwarna gothic ini menjulang tinggi dengan dua menara berwarna putih di puncaknya, sementara halamannya sedang dipenuhi mobil parkir. Bayangkan sulitnya mendapatkan foto gedung gereja yang utuh tanpa memperlihatkan jejeran mobil itu. But it worthed to try.  

Kami mesti puas dengan jeprat-jepret di pelataran luar dengan gerak yang terbatas. Lagi-lagi panda menemukan model dadakan berupa sepasang bocah laki-laki dan perempuan sekitar 5-6 tahunan dengan yang sedang asyik ngobrol di depan pintu gereja. Belum sempat mengabadikan moment itu, bapak si anak nongol dan merusak suasana. Ealah..

Bonus: Monas (lagi)
Sebenarnya masih ada beberapa lagi gereja-gereja Tua di Jakarta, tapi rasanya dua gereja ini dulu sudah cukup.  Perjalanan uji coba foto kami diakhiri dengan leyeh-leyeh (lagi) di taman Monas. Entah sudah berapa kali kami 'mampir' ke Monas, dari yang dulunya memang niat untuk naik ke puncaknya sampai yang hanya sekedar beristirahat sambil ditiup angin semilir dan memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang dengan sepeda atau layangan. 

Sore di Lapangan Monas

Dan dari beberapa foto Monas yang pernah kami jepret, foto diatas ini mungkin yang terbaik secara kali ini kami pakai camera SLR. Thanks to Panda for capturing this lovely picture, sementara saya sedang sibuk memberi makan ikan di kolam Monas dengan roti Boy. Jangan salah, mereka demen banget dikasi roti sampai   rebutan  dan lompat-lompat segala.  Dan karmanya celana dan sepatu saya basah karena kecipratan mereka. Kata Panda sebelum kami beranjak pergi, 'lain kali kita bawa makanan ikan ya'. Niat banget emang si Panda, hahaha...

Telepon masuk dari dua sohib saya yang menginfokan bahwa mereka sudah sampai di Stasiun Gambir. Kemudian kami jalan bareng ke Ambasador Plaza. Dari wisata heritage berubah jadi wisata mall, what a great weekend. :)

2 komentar:

  1. Napa gak nyamar jadi bagian tim fotografer pengantennya aja biar leluasa moto? *idelicik*

    BalasHapus
  2. Maunya gitu mbak, sayangnya celana pendek kami ini 'nggak fotografer banget', (ceritanya saltum), hehehe..

    BalasHapus

tinggalkan jejak..