Istana Bogor |
Ketika hujan datang..
Salah satu faktor krusial yang mempengaruhi sebuah perjalanan selain urusan "duit" adalah faktor cuaca. Menjelang akhir tahun begini belahan bumi lainnya mulai ditutupi oleh salju, sementara kita yang hidup di negara tropis sedang sibuk-sibuknya diguyur hujan. Di Depok contohnya, hujan datang tanpa basa-basi seperti air yang dituang dari langit ditambah gemuruh petir menyambar-nyambar. Terpaksa deh matiin tv. Awan mendung juga jadi penghalang antara modem internet dan sinyal 3 HSDPA. Ujung-ujungnya kalau langit mulai gelap saya jadi berteman dengan sepi. Sengsaranya..
Istana Bogor
Di musim hujan berada di dalam rumah saja bisa mati gaya, apalagi ketika lagi 'jalan'. Cuaca yang tidak menentu ini juga membuat kami aras-arasen (setengah hati) untuk bepergian. Momen dilematis terjadi sekitar empat minggu yang lalu ketika kaki ini sudah gatel minta diajak jalan dan mata pengen lihat yang hijau-hijau. Bosan ke Lapangan Monas, saya usul ke Kebun Raya Bogor.
Masalahnya saat itu cuaca mendung, ada pengurangan jadwal KRL Jabodetabek dan sindrom klasik lainnya: -kami sudah kesiangan buat jalan-. Setelah berlangsung aksi saling tuding, kemudian kami meluncur juga ke Bogor dianter oleh tante. Setelah 1.5 jam perjalanan, hawa sejuk mulai terasa dan kami melewati Istana Bogor di Jalan Ir. H. Juanda. Istana bergaya Belanda yang serba putih ini nampak megah, cantik, anggun sekaligus angkuh dengan pilar pilar paladian yang menjulang tinggi. Sayangnya Istana yang dibangun tahun 1744 ini tertutup untuk umum.
Istana Bogor |
Saya baru sadar kalau banyak bangunan bersejarah di negara kita ini sangat dipengaruhi oleh gaya arsitektur Klasisme, seperti: Museum Fatahilah, Museum Seni Rupa & Keramik dan GPIB immanuel di seberang Gambir. Ciri-cirinya bangunannya megah-serba putih, jendela kayu sebesar pintu, ornamen pilar-pilar putih raksasa dan atap yang dihiasi kubah bulat atau menara yang cantik.
Walaupun secara resmi adalah istana kepresidenan, tapi menurut saya istana ini punya sisi romantisme. Selain bangunannya yang serba putih, pelatarannya yang luas terbalut rumput hijau yang jadi tempat hidup bagi ratusan rusa berpunggung totol putih. Saking banyaknya rasanya seperti melihat pemandangan nyata padang savana di Afrika, tapi tanpa singa lho. Herannya dengan tingkat kepadatan populasi tinggi rusa-rusa imut dari Nepal itu nampak bahagia dan santai merumput sembari permalasan.
Beberapa rusa mendekat ke pagar Istana sambil sibuk mengunyah. Rupanya beberapa pengunjung memberi makan sambil mengelus-elus kepala si rusa dan berfoto bersama. Momen indah dimanfaatkan beberapa orang untuk berdagang wortel dan kangkung. Panda merapat ke jendela mobil, dari senyuman takjub dan matanya yang berbinar-binar saya tahu dia pengen ikutan ngasi makan. Gitu kok tadi diajak males-malesan. Sayang karena keterbatasan waktu dan gak bisa parkir, jadi lanjut menuju Kebun Raya Bogor.
Kami juga melewati Museum Zoologi yang sialnya juga sudah tutup karena kami berangkat kesiangan. Ada juga gereja GPIB Zebaoth, satu lagi gereja tua yang cantik peninggalan jaman Belanda. Pengen banget foto-foto, lain kali kami pasti mampir!
Kehujanan di Kebun Raya Bogor
Seharian gak akan cukup untuk menjelajahi Kebun Raya seluas 87 Hektar ini, apalagi kalau cuma dua jam ditambah adegan kehujanan. Ditambah lagi karena ada persiapan acara kawinan, beberapa jalan ditutup jadilah kami cuma bisa melewati beberapa area diantaranya Kolam teratai di depan Cafe Dedaunan dan berfoto di dekat patung Sir Raffles. Baru sebentar saya hujan turun dari langit dan membuyarkan acara foto-foto kami. Panda dan Teratai Raksasa @KRB |
Terakhir saya kesini tahun 2007 lalu untuk melihat langsung Amorphpophallus titanium si bunga bangkai yang tinggi itu. Dan belum lama ini ada liputan tentang koleksi anggrek dan kaktus yang bikin saya ngidam pengen ke KBR. Dan sialnya ketika kami sudah sampai persis di depan rumah kaca (Anggrek), pintunya sudah digembok. Hiks. Akhirnya kami memutar ke area Pandan-pandanan (Pandanaceae) area favorit lainnya yang gak bisa difoto karena hujan. Kelemahan Camdig yang kami bawa ini hasilnya kurang oke di tempat yang kurang & kelebihan cahaya, juga kalau berangin. Kamera yang aneh..
Dengan segala keterbatasan, kami memang cuma baru mengexplorasi secuil area dari Kebun raksasa ini tapi overall its nice. Ada banyak jalan dan jembatan yang bisanya diakses dengan jalan kaki, gak ada penyewaan sepeda pula. Saran paling bijak kalau ada berwisata ke Bogor nampaknya memang harus dimulai pagi-pagi benar supaya bisa masuk ke banyak tempat, jangan lupa payung, siapkan kaki dan batere yang banyak.
dibawah pohon pisang-pisangan |
Bogor Botanical Garden
Jl. Ir. H. Juanda no. 13, Bogor
Jam Buka
Setiap Hari, 08.00 - 17.00 WIB
HTM
Pengunjung Rp. 10.000,-
Mobil Rp. 15.000,-
Motor Rp. 2.500,-
Jadi inget waktu jalan-jalan ke KRB sama temen-temen kuliah hampir 4 tahun yang lalu. Masih asri aja ya... *ya iyalaaah, namanya juga kebooooon*
BalasHapus