Selasa, 04 Oktober 2011

A night in Changi Airport, Sg

Sleeping @Mc. Cafe, T2 Changi Airport

Another silly story in our travel experience. Pertengahan Juli 2011 lalu, malam ketiga dari short trip kami ke Singapore dihabiskan di sebuah luxury building dengan tarif yang nyaris gratis. Sounds nice? Sebenarnya tidak juga, kami terdampar semalaman di Terminal 2 Changi Airport setelah nekat early check out dari Hostel. Fakta dibalik kenekatan ini adalah karena kami butuh duit deposit hostel kembali (S$100 ≈ Rp. 700.000/2 pax) dan menghindari booking MaxiCab (S$57) untuk mengantar jam 4.00 pagi ke Airport. Masalah deposit ini hanya salah satu dari sekian kerepotan yang ditimbulkan akibat salah pilih Hostel, I’m gonna share this in another post.      

Penginapan seharga secangkir cokelat panas

Hot Chocolate =  sleep for free
 
Berbeda dengan para hardcore backpacker yang sesekali sengaja menghabiskan malam nan irit dengan menumpang tidur di Airport, pengalaman ‘nggembel’ kami ini adalah sebuah insiden-tak-terduga. Kami sudah membooking akomodasi untuk tiga malam, bayar untuk tiga malam, dan berakhir di sofa Mc. Café di malam ketiga, how come?

Sambil menenteng hasil buruan di Orchard Road kami berlima menjejakkan kaki di Terminal 2 Changi Airport nyaris jam 1 pagi. Airport megah ini bergeming dengan kedatangan kami, suasananya sungguh hening meski tetap terang benderang. Berbekal informasi yang sangat terbatas, kami melangkahkan kaki menuju Mc. Café yang buka 24/7. Melihat beberapa traveler lain yang tanpa dosa tertidur di sofa panjang café ini, we surely say it’s the right place to wait until the boarding pass time at 6 am.

He looks so sleepy, isn't he?


Beristirahat di Cafe ini dibayar seharga secangkir cokelat panas dan secangkir teh Dilmah, total nyaris S$7 (less than Rp. 50.000,-). Cheap enough dibandingkan dengan fasilitas yang didapat: long bench yang cukup empuk untuk merebahkan diri, AC yang agak kelewat dingin, free WiFi, clean toilet, yang terpenting adalah tempatnya bersih, aman dan nyaman untuk sekejap terlelap. Para pegawai disini nampaknya sudah terbiasa dengan pemandangan turis-turis asing yang tak sadarkan diri di bangku-bangku mereka.


Sekalipun kami tidak benar-benar mengeksplorasi Terminal 2, tapi beberapa artikel menyatakan adanya beberapa rest area di tiap terminal yang merupakan perfect spot bagi para sleepers. Buat kami, bisa numpang rehat sejenak di Mc. Café ini sudah luar biasa, what an unforgettable experience. Bagi yang tertarik dengan Airport sleeping experience di belahan bumi manapun, bisa baca reviewnya di http://www.sleepinginairports.net. 

Btw, foto diatas benar-benar diambil ketika Panda ketiduran di long bench, and yes, he make a snoring sound as usual. I said to myself: suatu saat kita akan mentertawakan hari dimana kita harus melalui adegan 'nggembel' di Changi Airport, dan dirimu masih bisa mendengkur layaknya pesawat yang sedang take off (but I still love you). :D      

Fenomena 24/7
Entah apa deskripsi yang tepat untuk ketiga remaja di seberang meja kami ini. Dari kostumnya cowok-cowok ABG Singapore ini tidak bisa dimasukkan dalam golongan kuper, bahkan mereka ini lumayan stylish. Tapi bukan soal kostum yang membuat saya keheranan. Sudah berjam-jam, ketiganya berkutat dengan lembaran lembaran kertas dan kalkulator. Mereka duduk berhadap-hadapan tapi jarang bercakap-cakap, menekuni kertas dengan jemari yang bergumul dengan kalkulator, ditemani earphonenya masing-masing. Hanya sesekali mereka mencocokkan lembar jawaban dengan kawannya atau saling mengoper kertas. 

Perasaan saya tiba-tiba campur aduk antara salut, takjub, malu dan serangkaian perasaan aneh lainnya. Remaja macam apa yang segitu niatnya pergi ke bandara dan memanfaatkan fasilitas  restaurant 24/7 untuk belajar sampai dini hari? Saya melihat secuil keberhasilan sistem pendidikan Singapore, generasi muda yang patut diacungi jempol. I said this because I never find myself in a such crazy way to studying like them.

Its worthed enough?
Hard to answer. Sebenarnya edisi nggembel ini juga gak semurah kelihatannya karena kami sudah terlanjur membayar total biaya menginap tiga malam di Hostel. Itu artinya merelakan kesempatan untuk tidur dengan lebih nyaman di malam terakhir  

Another cost comes from transportation budget.  Karena perubahan rute yang cukup dramatis, kami mesti menambah ekstra saldo $10 untuk Ez Link. Yang tadinya biaya naik Bus & MRT cukup dengan saldo $17 selama 4 hari, jadi ditambah jadi $27. Kami batal booking Maxicab, taxi yang cukup untuk 7 passanger itu (fyi, kami jalan berlima), tapi masih saja terlilit ongkos taxi tambahan. 

Singkat cerita, malam harinya kami kemaleman, MRT dan bus menuju Changi Airport sudah berhenti beroperasi jadilah kami meluncur dengan taxi. Dini harinya, jam 4.30 AM kami mesti mengambil ransel dan koper yang dititipkan di kerabat Yessy di Pasir Ris, lagi-lagi by taxi karena MRT dan Bus belum beroperasi. 

Pelajaran berharganya adalah: jangan salah pilih hostel! Kedua, perhitungkan jam kedatangan dan keberangkatan, kalau kepagian atau kemalaman beresiko tidak bisa menggunakan transportasi publik (belum beroperasi/sudah berhenti beroperasi). And using taxi will damage you a lot. 

However, Changi Airport still a great option and a perfect backup plan for unexpected situation like we did. The best part, its a safe place and comfortable enough for sleepers. Sisanya, ini adalah pengalaman yang luar biasa berharga untuk kami. Still, Happy Traveling.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak..