Sabtu, 23 Juli 2011

The Journey to Singapore (14/7/11)


Finally this day is coming, go abroad for the first time as a couple! Secara teknis sih kami pergi berempat bersama Ratih & Yessy. Sebenernya kami gak bisa dibilang backpacker hanya karena nenteng ransel, tapi dalam rangka menekan budget dan menguji independensi (halah!), trip ini direncanakan mandiri tanpa menggunakan jasa agen tour & travel. Dimulai dengan perjalanan menuju bandara Soetta yang melibatkan DAMRI, hahaha…  

Good Service DAMRI!
Kami berangkat dari Sawangan-Depok jam 4.30 pagi, diantar oleh the most realible taxi company: si “burung biru”. Setelah 45 menit plus Rp. 65.000,-, kami sampai di terminal DAMRI di Blok M, puji Tuhan sudah ada bus trayek Bandara yang stand by. Ada beberapa taxi “tidak jelas” yang menawarkan jasa seharga Rp. 70.000 sampai bandara Soetta, but we won’t take a risk with the way they drive. 

Setelah 15 menit menunggu kursi terisi dengan penumpang, bus meluncur sembari si kondektur memungut biaya Rp. 20.000/pax dan menanyakan tujuan keberangkatan dan nama maskapai penerbangan masing-masing penumpang.  Rupanya nanti akan disebutkan maskapai apa saja di masing-masing terminal, supaya penumpang gak turun di terminal yang keliru. Sebenarnya ini cara yang sangat manual tapi efektif, good service DAMRI! Kami meluncur tanpa kemacetan dan 45 menit kemudian sampai di terminal 2D. 

Karena waktu untuk boarding pass masih 1.5 jam lagi, jadilah kami bersliweran kesana kemari, lalu menyempatkan diri  makan bubur ayam di nirwana cafĂ© dan tuker duit di money changer Mandiri. Setelah boarding pass, kami menemukan sebuah money changer yang punya rate lebih baik dibanding sebelumnya, selisihnya sampai 150 rupiah/SGD, hiks. Memang resiko tukar uang di airport, they always offer lower rate. Jam 8 kami mengantri bagian emigrasi, puji Tuhan semua lancar meskipun nama di paspor baru saya (lagi-lagi) kurang satu huruf. Akhirnya, cap perdana di paspor kami.

 

Terbang ke Singapore dengan S$3
Seperti yang sudah di jelaskan di postingan sebelumnya, Tiger Airways ini memberikan promo fare S$3 sehingga kami bisa terbang ke Singapore. Ini penerbangan perdana kami dengan si Tiger, dan sejujurnya cukup deg-degan. Ini akibat pernah beberapa kali mengamati fan page facebook mereka yang dipenuhi dengan komplain akibat delay, canceled flight, reschedule flight yang dadakan sampai proses refund yang sulit. Ada beberapa orang yang selalu membuat komentar negatif yang sama tiap kali si operator update status, mengerikan. 

Sebenarnya jadwal keberangkatan dan kepulangan kami keduanya juga di reschedule menjadi lebih awal. Mesti rajin check email kalau naik maskapai ini. Beberapa waktu lalu mereka juga kena larangan terbang  sementara dari-dan-ke Aussie oleh Otoritas Keselamatan Penerbangan Sipil (CASA) Australia gara-gara pendaratan yang tidak sesuai prosedur. 

Thanks God, it don’t happen with us. Justru sedikit mengejutkan ketika penumpang sudah dipersilahkan masuk ke pesawat 30 menit sebelum penerbangan, ketika sedang di antrian kami sempat lihat pilotnya yang seorang bule lewat. Pesawat Airbus yang kami tumpangi ini masih nampak lumayan baru, bersih, jarak antar kursi memang agak sempit namanya juga low cost airline. Jam 9.55 WIB tepat kami take off meninggalkan bandara Soetta, God be with us.

Cabin Crew si Tiger
Mungkin karena efisiensi juga, satu pesawat ini hanya dilayani oleh satu pramugari dan dua pramugara untuk 180 penumpang. Umumnya seragam cabin crew sedikit-banyak merepresentasikan budaya negara asal maskapai, tapi seragam cabin crew si Tiger ini cenderung casual. Seragamnya cukup simple: kemeja oranye + celana panjang hitam ditambah asesoris motif macan di pinggang.

Tiger Airways memberikan complimentary snack berupa sebungkus kecil kacang asin, yang sialnya makin memperparah batuk kering saya plus bikin haus. Mereka juga menjual food, snack & beverage yang berkisar antara S$2-10. Yang saya salut, para cabin crew ini berulang mondar-mandir sambil membawa nampan untuk meminta “rubbish”, sepertinya mereka punya standar kebersihan yang cukup tinggi. Belum sebulan lalu naik Garuda, walaupun harga, kenyamanan dan servisnya jauh berbeda, tapi soal menguber-nguber “sampah” si pramugari Tiger ini nampaknya lebih jago. LOL 

Ini pertama kalinya kami terbang bersama, selama sekitar 1.5 jam perjalanan saya sulit tidur karena batuk yang luar biasa mengganggu. Sementara Panda dkk sudah ngiler dari tadi. Sedikit terkejut dengan turbulensi ketika pesawat melewati gumpalan awan memasuki wilayah udara Singapore. But finally,  kamis 14 Juli 2011 pesawat landing tepat waktu, pukul 00. 40 PM we arrived at Singapore. Yipee...!

2 komentar:

  1. Ketika kedisiplinan menjadi suatu budaya, luar biasa. Banyak hal yang telah tertata rapi dan bersih. Sarana transportasi yang begitu handal dan tepat waktu, bersyukur bisa merasakan MRT yang wacananya di Indonesia sendiri baru akan dibangun tahun 2012 dan selesai diperkirakan tahun 2015/2016.

    BalasHapus
  2. Sebelum melakukan perjalanan baik itu dalam negeri maupun luar negeri, tidak ada salahnya membuat itinerary. Apalagi bagi seseorang yang baru pertama kali melakukan perjalanan.
    Selain itu singapore mempunyai website yang sangat membantu bagi pengunjung yang mau datang ke negara tersebut. Informasi baik transportasi, tempat yang bisa dikunjungi,dll cukup buka di google kota singapore dan anda akan mendapatkan informasi yang anda butuhkan

    BalasHapus

tinggalkan jejak..