Kami memasuki sebuah flat dan tercium semerbak aroma hio, tuan rumah kami adalah seorang buddhist seperti mayoritas warga Singapore lainnya. Nyonya rumah yang kami kunjungi adalah seorang oma Chinese, mantan artis yang aseli Singapore. Mbak Farrah bekerja sebagai perawatnya. Karena sang oma yang bahasa utamanya hokkien ini punya masalah pendengaran dan bahasa melayunya terbata-bata, akhirnya kami lebih banyak senyam-senyum saja. Lucunya, ketika kami datang beliau lagi nonton berita TVRI Jambi. Beliau menyilahkan kami untuk melihat album fotonya, sang oma ini sewaktu muda cantik sangat dan tampaknya sering traveling bersama suami, termasuk ke Medan. Kami aja belum pernah ke Medan, hahaha...
Sang menantu yang juga ramah memberikan isyarat sehingga gak lama kemudian datanglah beberapa gelas berisi pineapple cocktail. Blessed them! Ms. Sharon menawarkan diri untuk mentraktir kami Mc.D, tapi kami dengan sungkannya serempak menjawab "No!". Mbak Farrah juga sudah menyiapkan Sim Card lokal pesanan Yessy dan Ratih, dan gak lama kemudian kami diajak jalan. Meskipun singapore terkenal akan budaya yang individualis, tapi tuan rumah kami ini so nice and warm.
Dijamu di Negeri Singa
Setelah segelas pineapple cocktail, kami ditraktir 4 botol air mineral @1.5 Liter di Shop & Save yang luar biasa bermanfaat untuk perjalanan kami. Setelah itu kami lanjut masuk ke Loyang Point dan berhenti di sebuah counter karena teman-teman mau top up pulsa dan aktifasi layanan BB. Karena lama banget, akhirnya kami tinggal makan dulu.
Kami ditraktir makan di All Family Food Court, Loyang Point. Saya pesan menu Sum Lor Hor Fun ($5) dan Panda pesan Sweet & Sour Pork Rice ($4), dasar pork lover! Hor Fun ini mirip kwetiaw tapi lebih lebar, versi yang saya makan ini dimasak dengan sawi dan fillet ikan plus kuah yang kental. Kalau punya Panda, porknya digoreng tepung lalu disiram saus asam manis bersama potongan nanas, bombay dan paprika. Btw, bagi yang mencari makanan halal pun gak susah karena ada food stall yang menjual makanan halal.
Sum Lor Hor Fun |
Sweet & Sour Pork Rice |
Soal rasa buat saya standar saja, yang jelas porsi small saja cukup besar bagi ukuran orang Indonesia. Makasih banyak buat traktirannya ya mbak Farrah. Sayang doi buru-buru balik, karena Ms. Sharon mau pergi.
Free Post Card |
Selepas makan, kami balik ke counter cellphone dan taraaa.. belum kelar juga. Sambil menunggu saya dan panda bersliweran, mengumpulkan post card advertizing gratisan.
Kami juga menemukan ATM di teras depan Loyang Point, tanpa dikerudungi kotak kaca, dan punya line untuk antrian yang jaraknya sekitar 1 meter hingga gak mudah diintip. Kalo di Indo sih, sudah pake kotak kaca masih pakai AC pula. Setelah beberapa pose narsis, kami mencari informasi soal trayek bus menuju Aljunied Road di Geylang. Setelah beberapa kali gagal mendapatkan info, akhirnya kami tertolong oleh rombongan anak sekolah. Kalau soal akurasi informasi, anak sekolahan bisa diandalkan deh.
ATM (tanpa kotak) |
Bus Double decker no. 21
Berdasarkan petunjuk yang diberikan nona-nona tadi, kami mesti membawa ransel (dan menyeret koper for Ratih) menuju Bus Stop di dekat sekolah St. Michael. Biasanya Ez Link card digunakan pertama kalinya untuk naik MRT, in this case, kami pakai untuk membayar bus double decker no 21 ini. Ez Link memang bisa digunakan untuk membayar MRT juga bus yang dioperasikan oleh SBS transit ataupun SMRT, pokoknya bis warna ungu atau merah.
Menggunakan Bus di Singapore relatif mudah. Di bagian kiri Bus terdapat dua pintu: depan dan tengah. Tiap pintu memiliki 2 cardreader di kanan dan kiri pintu. Kita naik bus dari pintu depan (entrance) dan harus mentap Ez Link di cardreader, lalu keluar melalui pintu tengah (exit) setelah mentap Ez Link lagi di cardreader. Kalo kelupaan bisa kena denda di pemakaian berikutnya. Kita juga bisa melihat tarif perjalanan kita dan sisa saldo Ez Link kita melalui cardreader. Bisa sih membayar bus dengan cash money, tapi harus duit pas soalnya si supir tidak memberikan kembalian.
Perjalanan dengan bis selama kurang dari 40 menitan ini membawa menelusuri bagian timur Singapore, sisi yang jauh dari hingar-bingar kota. Mulai dari melewati area Tampines yang banyak memiliki apartement atau kondominium sampai Bedok Reservoir dengan scenery yang indah. Danaunya berkaca-kaca karena pantulan cahaya matahari dan taman asri yang nampaknya ideal untuk jogging, sayang gak sempet ambil foto.
Di sepanjang perjalanan, penumpang bus yang hilir-mudik rata-rata adalah anak sekolahan, kaum lansia atau ibu-ibu rumah tangga yang bepergian sendiri. Semua diam menunggu jatah turun, cuma kami aja yang nampaknya agak berisik. Kami diberi tahu dimana harus turun oleh seorang ibu dari Indonesia yang tinggal Singapore. Akhirnya, kami turun di Aljunied lor 28, just few step to reach the Hostel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tinggalkan jejak..