Walaupun beberapa hal membuat kami a bit late from the itinerary, we’re ready to exploring. Dari Aljunied Station kami menuju Raffles Place station, stasiun MRT terdekat untuk mencapai Singapore River dan Merlion Park by foot.
Raffles Place
Sekeluar dari Raffless Place Station, kami terkagum kagum mengamati perubahan atmosfer yang dramatik di central bussines disctric ini: so hectic and rush. Ratusan pekerja kantoran yang stylish hilir mudik di tengah kepungan gedung pencakar langit. Personally question, Singapore ini negara yang sangat efisien dan jelas bebas dari traffic jam tapi entah mengapa penduduknya selalu nampak tergesa-gesa. Atau, kita orang Indonesia yang terlalu lelet?
Raffles Place Station |
CBD Area |
Raffles Place merupakan salah satu downtown area yang termasuk dalam central bussines distric (CBD). CBD merupakan pusat bisnis dan komersial, jadi harga tanah di area CBD ini yang termahal di Singapore. Meskipun demikian, di Raffles Place ini kami masih saja menemukan public space berhias rumput dengan border dari marmer yang lumayan untuk sekedar duduk dan menikmati petang hari di negeri orang.
Kalau dilihat dari kostum dan tampilan fisik, beberapa pekerja kantor disini juga terdiri dari kalangan ekspatriat (bule), sementara buruh bangunan didominasi dari pekerja Bangladesh/India. Setelah bengong dan sedikit membingungkan seorang pekerja kantoran akibat mengucapkan “merlion” dengan spell yang keliru, we’ve got a clue untuk mencapai Singapore River sebelum akhirnya menuju Merlion Park.
Public art along Singapore River
Sungai utama di Singapore ini tidak sebersih yang saya kira tapi tetap saja tidak bisa dibandingkan dengan sungai-sungai Jakarta yang luar biasa jorok itu, this is much much better. Clarke Quay ada di sisi kiri dan Asian Civilisation Museum di seberangnya, tapi kami lanjut ke sisi kanan, ke arah Fullerton hotel.
Singapore River |
Tentu saja arsitektur di sini sungguh menarik, tapi atmosfernya gak kalah aneh, bagaimana bisa menemukan orang-orang yang jogging sore hari setelah selesai ngantor. Life style yang sungguh unik. Saya gak bisa membayangkan hal serupa bisa diaplikasikan di Jakarta mengingat trotoarnya yang rata-rata unfriendly bagi para pedestrian, belum lagi asap knalpot bertebaran dimana-mana.
With Uncle Ice Cream |
Cavenagh Bridge |
Disepanjang sungai ini kami melewati Cavenagh bridge, salah satu jembatan tertua di Singapura yang dikhususkan bagi pedestrian (pejalan kaki) dan tidak bisa dilewati kendaraan. Di dekat jembatan ini kami beli “uncle ice cream” Walls seharga 1 dollar yang banyak diperbincangkan itu. I have say, its yummy and cheap tapi saya cuma bisa nyicip dan merelakan Panda melahapnya sampai habis, ini gara-gara batuk yang tak kunjung reda.
The Merchant & Panda |
Kami juga melewati beberapa public art yang sedikit banyak menggambarkan sejarah perkembangan Singapore di sepanjang sungai ini. Dua diantaranya adalah the River Merchants yang menggambarkan perdagangan di era awal Singapore dimana pedagang cina dan melayu bertransaksi, sementara kuli cina dan india membawa karung ke gerobak sapi. Karena banyak sekali orang yang lewat, jadi buru-buru ambil foto hingga kepala sapinya gak ikut terfoto. Hehehe..
The First Generation |
Patung unik lainnya adalah The First Generation, berupa patung 5 “kampong boys” yang hendak menceburkan diri ke sungai. Patung perunggu yang dibuat tahun 2000 ini menggambarkan cara anak-anak tempo dulu bersenang-senang di sungai. Sebenarnya masih cukup banyak sculpture lainnya, tapi karena hari menjelang gelap kami mempercepat langkah, kami bahkan tidak sempat menemukan Patung Sir Stamford Raffles
Fullerton Hotel
Selanjutnya adalah bangunan bersejarah merangkap hotel: Fullerton Hotel, bangunan bekas kantor pos yang kini menjadi sebuah hotel mewah bintang 5. Kami gak tahu bahwa hotel mewah berarsitektur Palladia dengan tiang tiang perkasa itu boleh dimasuki dengan gratis, jadi kami hanya menikmati kecantikan hotel yang terletak di mulut Singapore River ini dari luar.
The Fullerton Hotel |
We felt a bit jealousy with this couple, mereka menikmati romantic dinner di outdoor area Fullerton Hotel dengan lilin temaram plus view Singapore river yang diterpa ribuan cahaya di kala malam. But I hold his hand and said “this is romantic enough for me, to be here with you”.
Duo Panda |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tinggalkan jejak..